Pasangan
Jika Carakan / aksara Jawa lebih bersifat silabis (kesukukataan), bagaimana Carakan bisa menuliskan huruf mati. Hal ini bisa dijawab dengan adanya pasangan. Pasangan memiliki fungsi untuk menghubungkan suku kata yang tertutup (diakhiri) konsonan dengan suku kata berikutnya.
Sebagai contoh kata "banda" yang bila dipisahkan menurut silabiknya adalah "ban" dan "da". Suku kata yang pertama suku kata ban. Untuk menuliskan ban ini pertama-tama adalah dengan menuliskan aksara Ba terlebih dahulu. Kemudian menuliskan aksara Na karena aksara Na mewakili dua buah huruf latin yakni N dan A sehingga kita tidak bisa langsung menuliskan aksara da. Untuk mematikan huruf Na, maka kita harus menuliskan bentuk pasangan da.
Bentuk pasangan disebutkan memiliki fungsi untuk menghubungkan suku kata yang tertutup konsonan dengan suku kata berikutnya. Artinya bahwa huruf yang diikuti pasangan akan dimatikan sehingga menjadi konsonan. Pada kasus di atas aksara Na diikuti pasangan Da yang berarti Na akan dibaca sebagai N.
Semua aksara pokok yang ada di Carakan memiliki pasangannya masing-masing. Bentuk pasangan ini ada yang dituliskan di bawah dan ada juga yang di atas sejajar dengan aksara.
Bentuk-bentuk pasangan itu adalah:
ha | na | ca | ra | ka |
| | | | |
da | ta | sa | wa | la |
| | | | |
pa | dha | ja | ya | nya |
| | | | |
ma | ga | ba | tha | nga |
| | | | |
Alasan dipakainya sandangan
Sandangan adalah tanda yang dipakai sebagai pengubah bunyi di dalam tulisan Jawa. Di dalam tulisan jawa, aksara yang tidak mendapat sandangan diucapkan sebagai gabungan anatara konsonan dan vokal a. Vokal a di dalam bahasa Jawa mempunya dua macam varian, yakni / / dan /a/.
- Vokal a dilafalkan seperti o pada kata bom, pokok, tolong, tokoh doi dalam bahasa Indonesia, misalnya :
- Vokal a dilafalkan /a/, seperti a pada kata pas, ada, siapa, semua di dalam bahasa Indonesia, misalnya :
Sandangan di dalam aksara jawa dapat dibagi menjadi tiga golongan yakni sebagai berikut :
- Sandangan Bunyi Vokal (Sandhangan Swara)
- Sandangan Konsonan Penutup Suku Kata (Sandhangan Panyigeging Wanda)
- Sandangan Gugus Konsonan
Sandangan bunyi vokal
Sandangan bunyi vokal ada lima buah. Adapun bentuk dari sandangan bunyi vokal ini adalah :
Pemakaian Sandangan Wulu
Sandangan Wulu dipakai untuk melambangkan vokal ( i ) di dalam suatu suku kata. Sedangkan wulu ditulis di bagian atas akhir suatu aksara. Apabila selain wulu juga terdapat sandangan yang lain, maka sandangan wulu digeser sedikit ke kiri.
Pemakaian Sandangan Suku
Penulisan sandangan suku dapat dituliskan dalam dua keadaan yaitu :
- Penulisan sandangan suku pada aksara. Sandangan suku dipakai untuk melambangkan bunyi vokal u yang bergabung dengan bunyi konsonan di dalam suatu suku kata, atau vokal U yang tidak dituliskan dengan aksara swara.Sandangan suku dituliskan serangkai di bagian bawah akhir aksara yang mendapatkan sandangan itu.
- Penulisan sandangan suku pada pasangan. Sandangan suku pada pasangan dituliskan mengikuti letak penulisan pasangan itu. Letak sandangan sukunya sendiri tetap berada pada bagian bawah akhir dari pasangan. Apabila sandangan suku mengikuti pasangan aksara (ka), (ta), atau (la), maka pasangan ini harus dirubah dulu ke dalam bentuk aksara pokoknya dahulu, baru kemudian diberikan sandangan suku.
Pemakaian Sandangan Pepet
Kegunaannya untuk dipakai untuk melambangkan vokal e di dalam suatu suku kata.
Aturan penulisan sandangan pepet tertera sebagai berikut:
- Sandangan pepet ditulis di bagian atas akhir aksara.
- Apabila selain pepet juga terdapat sandangan layar, maka sandangan pepet digeser sedikit ke kiri dan sandangan layar ditulis di sebelah kanan pepet.
- Apabila selain pepet juga terdapat sandangan cecak, maka sandangan pepet digeser sedikit ke kiri dan sandangan cecak ditulis di dalam pepet.
- Penempatan sandangan pepet pada aksara yang mendapatkan pasangan dituliskan sesuai dengan aturan di atas, kecuali untuk aksara yang mendapatkan pasangan yang dituliskan di atas seperti sandangan (ha), (sa), dan (pa). Untuk aksara yang mendapatkan pasangan ini, maka penulisan pepet berada di atas pasangannya.
Pengecualian: Sandangan pepet tidak dipakai untuk menuliskan suku kata re dan le yang bukan sebagai pasangan. Sebab suku kata re dan le yang bukan pasangan dilambangkan dengan tanda pacerek (re) dan Nga lelet (le).
Pemakaian Sandangan Taling
Sandangan taling dipakai untuk melambangkan bunyi vokal e atau e yang tidak ditulis dengan aksara swara E yang bergabung dengan bunyi konsonan di dalam suatu suku kata. Sandangan taling ditulis di depan aksara yang dibubuhi sandangan itu.
Catatan: Untuk membedakan penggunaan sandangan pepet dengan taling, maka dalam perangkat lunak ini gunakan:
- e (kecil) untuk penulisan sandangan pepet
- E (besar) untuk penulisan sandangan taling
Pemaikaian Sandangan Taling Tarung
Sandangan taling tarung dipakai untuk melambangkan bunyi vokal O yang tidak dituliskan dengan aksara swara di dalam suatu suku kata. Untuk Sandangan taling tarung dituliskan mengapit aksara yang dibubuhi sandangan itu.
Sandangan taling tarung untuk aksara pasangan di tuliskan mengapit aksara yang dimatikan (yang menjadi sigeg). Untuk aksara pasangan yang ada di atas seperti pasangan (ha), (sa), dan (pa), maka taling ditaruh didepan aksara sigeg, sedangkan tarung ditaruh di belakang aksara pasangan.
Sandangan penutup suku kata
Sandangan penutup suku kata ada 4 buah.
Pemakaian Sandangan Wignyan
Sandangan wignyan adalah pengganti sigegan ha (konsonan ha di akhir suku). Penulisan wignyan diletakkan di belakang aksara yang dibubuhi sandangan itu.
Pemakaian Sandangan Layar
Hampir sama dengan sandangan wignyan, sandangan layar digunakan untuk pengganti sigegan ra (konsonan ra di akhir suku). Penulisan layar ditulis dibagian atas akhir aksara yang mengikuti.
Pemakaian Sandangan Cecak
Sandangan cecak digunakan untuk menuliskan sigegan ng (sepasang konsonan nga di akhir suku kata). ada tiga buah kondisi dalam menuliskan sandangan cecak, yakni :
- Sandangan cecak ditulis di atas aksara. Sandangan cecak dituliskan menurut aturan ini bila menemui keadaan aksara yang diikuti tidak memiliki sandangan di atas aksara selain dirinya.
- Sandangan cecak ditulis di atas aksara belakang sandangan wulu. Apa bila sandangan cecak mengikuti sandangan wulu, maka sandangan cecak dituliskan di belakang sandangan wulu.
- Sandangan cecak ditulis di atas aksara di dalam pepet. Sandangan cecak ( ) apabila mengikuti sandangan pepet (), maka penulisan cecak di taruh di dalam sandangan pepet. Dalam keadaan ini kedua sandangan penulisannya adalah sebagai berikut : ().
Pemakaian Sandangan Pangkon
Tidak seperti ketiga sandangan sebelumnya, sandangan pangkong memiliki beberapa fungsi. Fungsi-fungsi itu adalah :
- Sandangan pangkong dipakai sebagai penanda bahwa aksara yang dibubuhi sandangan pangkon itu merupakan aksara mati, aksara penutup suku kata, atau aksara penyigeging wanda. Sandangan pangkong ditulis di belakang aksara yang di bubuhi sandangan itu.
- Sandangan pangkon dapat juga dipakai sebagai pembatas bagian kalimat atau rincian yang belum selesai, senilai dengan pada lingsa, atau tanda koma (,) di dalam ejaan latin, di samping untuk mematikan aksara. Pada kasus ini pangkong berfungsi ganda.
-
- bapak macul, aku angon sapi, adhiku dolanan ijen.
- Sandangan pangkon dapat ditulis untuk menghindarkan penulisan aksara yang bersusun lebih dari dua tingkat.
-
- benik klambi
Sandangan gugus konsonan
Gugus konsonan adalah kumpulan dari dua konsonan dalam Hanacaraka yang akan membentuk suatu suku kata. sebagai contoh kraton yang dapat dipisah menjadi kra-ton. suku kata kra memiliki gugus konsonan kr. Di dalam Hanacaraka ada lima buah gugus konsonan yang digunakan dalam bentuk sandangan.
Sandangan Cakra
Sandangan cakra merupakan penanda gugus konsonan yang unsur terakhirnya berwujud konsonan r. Tanda cakra ditulis serangkai di bawah bagian akhir aksara yang diberi tanda cakra itu.
Aksara yang sudah diberikan cakra dapat diberikan sandangan lagi selain sandangan cakra, cecak, cakra la, cakra wa. Dan apa bila sandangan itu adalah pepet, maka sandangan cakra dan pepet ditulis menjadi cakra keret.
Sandangan Cakra Keret
Sandangan Cakra Keret dipakai untuk melambangkan gugus konsonan yang berunsur akhir konsonan r dengan diikuti vokal e pepet. Dengan kata lain cakra keret digunakan sebagai ganti tanda cakra yang mendapatkan penambahan sandangan pepet. Tanda cakra keret ditulis serangkai di bawah bagian akhir aksara yang diberikan tanda keret itu.
Sandangan Pengkal
Sandangan Pengkal dipakai untuk melambangkan konsonan y yang bergabung dengan konsonan lain di dalam suatu suku kata. Tanda pengkal ditulis serangkai di belakang aksara yang diberi tanda pengkal.